Aan Channel YT: Asesmen Kompetensi Minimal
Tampilkan postingan dengan label Asesmen Kompetensi Minimal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asesmen Kompetensi Minimal. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Januari 2021

Kuis Tindak Lanjut Laporan Hasil Asesmen Nasional

Pelaporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi siswa pada kompetensi dasar literasi membaca dan numerasi pada satuan pendidikan.

Benar (x)

Salah


Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat kompetensi siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. 

Benar (x)

Salah


Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan penguasaan konsep, keterampilan dan pengetahuan sebagai proses pembelajaran.

Benar (x)

Salah


Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada capaian hasil akhir berupa nilai.

Benar

Salah (x)


Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru semua mata pelajaran antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswanya termasuk literasi dan numerasi.

Benar (x)

Salah


Pembelajaran berbasis konten belajar untuk cakupan materi. Pembelajaran berbasis kompetensi belajar untuk pemahaman konsep dan menerapkan keterampilan.

Benar (x)

Salah


Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum dapat menjadi rekomendasi bagi guru-guru dari setiap mata pelajaran untuk memperbaiki atau menyesuaikan strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan tingkat kompetensi yang aktual.

Benar (x)

Salah


Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan suatu kinerja dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif.

Benar (x)

Salah


Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada materi yang telah disediakan.

Benar

Salah (x)


Sebaiknya semua siswa mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan.

Benar

Salah (x)


Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru.

Sumber : Guru Belajar

Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran

Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan pengalaman belajar murid yang berkualitas?

Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik pembelajaran.

Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.

Pemahaman terhadap segitiga belajar akan membawa kita pada kebutuhan membaca laporan Asesmen Kompetensi Minimum dan menggunakannya untuk perbaikan kualitas pembelajaran. Bagaimana cara membaca dan menggunakannya? Pelajari topik modul berikutnya.


Sumber : Guru Belajar

Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pada Mata Pelajaran

Laporan hasil Asesmen Nasional mengidentifikasi tingkat kompetensi literasi dan numerasi siswa dalam sebuah satuan pendidikan ke dalam 4 kategori. Anda juga telah memahami bagaimana laporan hasil AKM dianalisis untuk menentukan tindak lanjut dalam strategi pembelajaran yang lebih berbasis penguasaan kompetensi, bukan berfokus pada konten saja.


Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu bagaimana praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini juga memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam pembelajaran.








Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi:

Modul Belajar Literasi dan Numerasi Jenjang SD. Klik di Modul Literasi dan Numerasi
Surat Kabar Guru Belajar Edisi Ke-21: Literasi untuk Belajar. Klik di http://bit.ly/skgurubelajar021


Sumber : Guru Belajar


Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen Kompetensi Minimum

Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.


Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:

  1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
  2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
  3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
  4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.

Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini:

AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran


Sumber : Guru Belajar



Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut Pembelajaran

Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 


Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.


Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan  kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 




Sumber : Guru Belajar


Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten

Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi. 


Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.


Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.


Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 


Sumber : Guru Belajar



Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 


Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini: 

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut ini:

AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran


Sumber : Guru Belajar



Contoh Butir Asesmen Numerasi Tingkat SMP

Level Pembelajaran 1 Numerasi untuk kelas 8.

Kompetensi: Memahami bilangan cacah (maks. enam angka)


Memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antara bangun datar serta serta dapat  menggunakan  Teorema Pythagoras

RUMAH IDEAL


Menentukan ukuran rumah yang ideal memang susah-susah gampang. Pada dasarnya, ukuran sebuah rumah harus disesuaikan dengan jumlah orang yang nanti akan tinggal di dalamnya. Berdasarkan berbagai pertimbangan tertentu seperti ruang gerak, furnitur, dan lain sebagainya, maka ukuran minimal masing-masing ruangan yang ideal bagi keluarga tersebut adalah sebagai berikut:


Meski tidak harus sama persis, karena berkaitan dengan kondisi lahan yang dimiliki, contoh di atas setidaknya bisa menjadi gambaran bagi Anda saat merencanakan atau memutuskan untuk membangun rumah dengan ukuran ideal yang bisa dihuni oleh 2 hingga 5 orang.


Pak Ali berencana akan membangun sebuah rumah yang akan dihuni bersama isteri dan satu anak. Kriteria rumah yang ingin dibangun pak Ali adalah sebagai berikut:

  1. Pak Ali tidak memiliki asisten rumah tangga sehingga tidak membuat kamar asisten rumah tangga.
  2. Pak Ali tidak membuat kamar khusus tamu.
  3. Pak Ali ingin membuat dua buah kamar mandi

Pak Ali membeli sebidang tanah yang luasnya 1 are. Pak Ali mengalokasikan 15 m2 dari tanah tersebut untuk dibuat halaman rumah. Apakah Pak Ali bisa membangun rumah yang ideal? 

A Ya, karena cukup membutuhkan lahan 82,5 m2.

B Ya, lahan Pak Ali masih tersisa 10 m2.

C Tidak, karena rumah ideal Pak Ali memerlukan luas minimal 90 m2.

D Tidak, lahan Pak Ali masih kurang 7,5 m2.

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh soal kompetensi 1 level 1


2. Menghitung volume bangun ruang dan luas permukaan.


CARA AKURAT DAN MUDAH UNTUK MENGHITUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK TUBUH KITA


Jumlah air yang kita minum per harinya bervariasi, berbeda setiap individu. Nah, ini salah satu cara untuk menghitung kebutuhan air tubuh kita bersumber dari India Times. 


Langkah 1: Ukur berat badan Anda dalam kilogram


Langkah 2: Bagilah dengan angka 30


Langkah 3: Tambahkan lebih banyak air untuk aktivitas fisik


Jika berolahraga, Anda mungkin kehilangan banyak air melalui keringat. Tambahkan 0,35 liter (350 ml) setiap setengah jam setelah latihan.

Jadi, jika berolahraga selama satu jam setiap hari, tambahkan 0,7 liter (700 ml) air ke dalam kebutuhan harian Anda.

Santi ingin mengetahui kebutuhan airnya dalam satu hari. Santi kemudian mengukur berat badannya dan didapat hasil sebagai berikut:


Jika hari itu Santi berolahraga selama 60 menit, jumlah air yang dibutuhkan Santi saat itu adalah ….

A 1,8 liter

B 2,1 liter

C 2,3 liter

D 2,5 liter

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh soal kompetensi 2 level 1


3. Menyelesaikan pertidaksamaan linier 1 variabel atau sistem persamaan linear 2 variabel.


Masyarakat sudah dimudahkan dengan tersedianya berbagai layanan angkutan seperti KRL (Kereta Rel Listrik), MRT Jakarta (Moda Raya Terpadu Jakarta), maupun transportasi online. Biaya yang ditarifkan menyesuaikan dengan jarak yang ditempuh pengguna layanan. Melalui mesin pencarian maps, seseorang dapat melihat berbagai pilihan untuk menuju suatu tempat. Seperti tabel di bawah ini.



Jika memperhitungkan waktu, berapakah waktu paling sedikit yang diperlukan Adi untuk tiba di Fatmawati dari Rawa Buntu?

Jawab: 60 menit dengan menggunakan kereta ke kebayoran terlebih dahulu kemudian naik ojek online.

full kereta dari pukul 11.39 – 12.55 = 76 menit

ojek online = 22 km * 3 menit = 66 menit

kebayoran (kereta) 21 menit – kebayoran (online) (13 km * 3 = 39 menit) = 21 + 39 menit = 60 menit

tanah abang (kereta) 11.39-12.12 = 33 menit – fatmawati (online)15 km * 3 = 45) menit = 33+45 = 78 menit

Maka yang paling singkat waktunya adalah 60 menit.

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh soal kompetensi 3 level 1


4. Memahami pola pada barisan bilangan dan konfigurasi objek


Gedung Pertunjukan

Dalam suatu gedung pertunjukan terdapat 9 baris kursi. Pada baris pertama terdapat 8 kursi, baris kedua 12 kursi, baris ketiga 11 kursi, baris keempat 15 kursi, baris kelima 14 kursi, dan seterusnya mengikuti pola yang sama.


Sumber : Guru Belajar



Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SMP

Pada jenjang SMP/MTS hanya terdapat 1 level pembelajaran, dengan mempelajari 4 konten pembelajaran yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar dan data dan ketidakpastian.


Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 8, siswa akan belajar merepresentasikan bilangan cacah. Siswa akan mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan fungsi bilangan, serta rasio dan proporsi.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.

Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Numerasi

Kita akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif. 


Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.  Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan penalaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 


Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut




Sumber : Guru Belajar



Contoh Butir Asesmen Literasi Tingkat SMP

Mengenal contoh-contoh butir asesmen literasi membaca teks fiksi dan juga teks informasi tingkat SMP.


Anda dapat melihat salah satu contoh teks fiksi untuk pembelajaran level 1 kelas 7 dan 8






Dari teks tersebut, Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks fiksi untuk level ini? 

1. Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Di bawah ini adalah hal-hal yang menjadi topik pembicaraan antara tokoh Aku dan Ayah, kecuali ….

A kekurangan air di musim kemarau 

B alat untuk mengolah air 

C pengadaan biaya untuk pemasangan pandora

D penanaman belimbing wuluh 

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 1 level 1






Dari teks tersebut, Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks fiksi untuk level ini?

2. Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Di mana sajakah latar tempat terjadinya peristiwa di dalam drama tersebut?

Suatu tempat.

Jalan.

Bengkel motor

        Rumah tante

        Rumah DIna

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 2 level 1





Dari teks tersebut Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks fiksi untuk level ini?


3. Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh serta elemen intrinsik lain seperti latar cerita, kejadian-kejadian dalam cerita berdasarkan informasi rinci di dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Untuk apa perempuan-perempuan itu membawa bakul ke kereta?

Untuk membawa barang dagangan ke kota


Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 3 level 1


Dari teks tersebut Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks fiksi untuk level ini?


4. Menyusun inferensi (kesimpulan) dan prediksi berdasarkan unsur-unsur pendukung (grafik, gambar, tabel, dll) disertai bukti-bukti yang mendukung di dalam teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.


Dari wacana di atas, bisa disimpulkan bahwa perbincangan antara tokoh Aku dan Ayah terjadi pada musim apa?

Musim kemarau.

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 4 level 1


5. Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.


Bandingkan sikap tokoh Aku dan Ayah terhadap situasi yang ada pada cerita tersebut! 


Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 5 level 1


Anda juga dapat melihat salah satu contoh teks informasi untuk pembelajaran level 1 kelas 7 dan 8.




Dari teks tersebut Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks informasi untuk level ini?

Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
Katherine Johnson mampu bersekolah di West Virginia State College saat pendidikan bagi orang Afrika-Amerika dibatasi di Virginia Barat. Hal tersebut disebabkan oleh ….

A kemampuan yang luar biasa 
B kesehatan yang tidak memadai
C orang tua yang pindah kerja
D rasisme yang berkembang
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 1 level 1

2. Mengidentifikasi kata kunci yang efektif untuk menemukan sumber informasi yang relevan pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Beri klik pada kolom (S) jika pernyataan salah dan (B) jika pernyataan benar.
Menurut teks tersebut, Katherine Johnson layak disebut sebagai ….
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 2 level 1

3. Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Kondisi sosial budaya yang digambarkan dalam teks tersebut memberikan gambaran tentang …

A Kemampuan Katherine Johnson untuk mendobrak batasan atas perlakuan ras yang tidak adil.
B Kerumitan hidup Katherine Johnson membuatnya lebih kuat mentalnya.
C Pengalaman Katherine Johnson dalam kehidupan pribadinya yang banyak.
D Penggambaran kemampuan Katherine Johnson dalam perkembangan NASA.
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 3 level 1.



Dari teks tersebut Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks informasi untuk level ini?

4. Menyimpulkan perubahan kejadian, prosedur, gagasan atau konsep di dalam teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Jika teripang yang tampaknya tidak mencolok memiliki potensi untuk membuat dampak sebesar ini, coba pikirkan hal apa lagi yang ada di bawah lautan Indonesia yang juga memiliki dampak untuk Indonesia dan masyarakatnya.’ 

Dari kalimat tersebut, kita bisa memahami bahwa …. (Pilihan jawaban bisa lebih dari satu.)
Teripang adalah hewan laut yang tampaknya tidak mencolok.
Lautan indonesia memiliki dampak untuk Indonesia dan masyarakatnya. 
        Teripang memiliki potensi untuk menghasilkan dampak yang besar.
Lautan Indonesia memiliki potensi besar yang bisa digali.
        Teripang berpotensi untuk memberi dampak pada lautan Indonesia.

Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 4 level 1.

Sumber : Guru Belajar


Menganalisis Tahap Asesmen Literasi Tingkat SMP

Pada jenjang SMP/MTS terdapat 2 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level pembelajaran yang ada pada tingkat SMP. 


Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 7 dan 8, siswa akan menemukan informasi dengan cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan memahami teks secara literal, kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Informasi


Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 9 dan 10, sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi isi wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi.


Sumber : Guru Belajar



Mengenal Asesmen Kompetensi Minimum Literasi Membaca

Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua siswa untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan numerasi. 


Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Literasi Membaca yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif. 


Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. 


Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca silakan cek infografis berikut.




Sumber : Guru Belajar



Konsep Literasi Membaca

Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud dengan literasi membaca dan menulis. 

Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran. 

Kuis Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional

Bentuk soal AN adalah pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, isian singkat, uraian dan menjodohkan.

Benar (x)

Salah

 

Bentuk soal dalam Asesmen Kompetensi Minimum merupakan bentuk soal yang tidak dapat diselesaikan dengan mengandalkan hafalan.

Benar (x)

Salah

 

Pelaksanaan Asesmen Nasional terdiri dari tes literasi dan tes numerasi.

Benar

Salah (x)

 

AKM dilaksanakan secara adaptif artinya siswa bebas memilih topik dan tingkat kesulitan soal.

Benar

Salah (x)

 

Kepala sekolah dan guru juga akan mengikuti Asesmen Nasional.

Benar (x)

Salah

 

Asesmen Nasional tidak dilakukan pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini.

Benar (x)

Salah

 

Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu.

Benar (x)

Salah

 

Asesmen Kompetensi Minimum diberikan pada siswa ditengah jenjang pendidikan bukan di akhir. Dengan demikian siswa masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki capaian kompetensinya.

Benar (x)

Salah

 

Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

Benar (x)

Salah

 

Asesmen Kompetensi Minimum disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan kompetensi.

Benar (x)

Salah



Sumber : Guru Belajar

Selasa, 05 Januari 2021

Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional



Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat dan uraian.
  1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal. 
  2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
  3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
  4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
  5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.

AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.

AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan kompetensi hasil belajar yang bersifat kontinum. Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemdikbud menyediakan contoh soal AKM pada laman: https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm

Kriteria Peserta Pelaksanaan Asesmen Nasional

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6 program kesetaraan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? 

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional. 

Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan.


Petunjuk dan Teknis Pelaksanaan Asesmen Nasional








Kuis Konsep Asesmen Nasional

Kuis Konsep Asesmen Nasional

1. Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi pada kelulusan siswa.

Benar (x)

Salah


2. Asesmen Nasional dapat dikatakan sebagai pengganti Ujian Nasional karena keduanya merupakan asesmen berskala nasional yang dibutuhkan siswa untuk menentukan kelulusan.

Benar

Salah (x)


3. Asesmen Nasional menekankan pada penguasaan kompetensi siswa, sedangkan Ujian Nasional menekankan pada penguasaan konten pembelajaran siswa.

Benar (x)

Salah


4. Asesmen Nasional lebih menekankan aspek kognitif yang dilihat melalui asesmen kompetensi mendasar literasi membaca dan numerasi.

Benar

Salah (x)


5. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode sensus sedangkan Ujian Nasional menggunakan metode survei.

Benar

Salah (x)


6. Sekolah A mempersiapkan siswanya untuk siap mengikuti Asesmen Nasional dengan melakukan perubahan strategi pembelajaran literasi membaca dan numerasi, sehingga mampu melakukan penalaran terkait berbagai mata pelajaran.

Benar (x)

Salah


7. Siswa Pak Budi beranggapan bahwa dengan dihapuskannya UN maka siswanya tidak akan semangat belajar karena kurangnya motivasi untuk mencapai nilai tertinggi.

Benar

Salah (x)


8. Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan bukan mengevaluasi hasil belajar siswa.

Benar (x)

Salah


9. Melihat dari tujuan, manfaat, dan teknis pelaksanaannya, Asesmen Nasional tidak sama dengan Ujian Nasional, sehingga tidak tepat untuk menyebutnya sebagai pengganti UN.

Benar (x)

Salah


10. Asesmen Nasional bertujuan untuk mengukur kompetensi mendasar yang diperlukan siswa dalam menghadapi persoalan di kehidupan.

Benar (x)

Salah




Sumber : Guru Belajar

Membandingkan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional

 Beberapa pertanyaan yang seringkali muncul terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional antara lain apakah Asesmen Nasional merupakan pengganti Ujian Nasional. Timbul pula kekhawatiran mengenai persiapan siswa, guru dan sekolah menghadapi Asesmen Nasional.

Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu. Berikut terdapat informasi mengenai perbandingan Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional.



Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:

  1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu. 
  2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah pertama dan atas saja.
  3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
  4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah. Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
  5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
  6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. 
  7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer. AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya. .

Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai tanggapan atas pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari sejumlah pihak mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar penggantian nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen Nasional merupakan pengganti Ujian Nasional?

Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim belajar.  

Sekarang, Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh. Tandai selesai lalu lanjutkan.


Sumber : Guru Belajar

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done